Kebijaksanaan yang Terwujud: Mengintegrasikan Inkarnasi dan Kenosis dalam Kontekstualisasi Sains dan Spiritualitas untuk Keterlibatan Masyarakat
DOI:
https://doi.org/10.54636/rbydqe24Keywords:
analisis wacana kritis, inkarnasi, integrasi sains dan spiritualitas, kenosis, kerjasama interdisiplinerAbstract
Penelitian ini berusaha untuk menyelidiki titik temu antara sains dan spiritualitas melalui lensa inkarnasi dan kenosis. Inkarnasi dipahami sebagai Allah mengambil rupa manusia, sementara kenosis dianggap sebagai pengosongan diri seseorang untuk diisi oleh kehendak ilahi. Penelitian ini menyatakan bahwa tantangan global seperti perubahan iklim dan ketidakadilan sosial membutuhkan perhatian ilmiah di samping nilai-nilai spiritual yang mengakar. Dengan menggunakan metodologi Analisis Wacana Kritis (Critical Discourse Analysis/CDA), penelitian ini menganalisis narasi persinggungan (spiritualitas dan sains) dengan meneliti hubungan kekuasaan dan tatanan sosial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan konstruksi spiritualitas inkarnasional dan kenosis, mengevaluasi literatur tentang spiritualitas dan sains, serta merumuskan kebijakan tata kelola yang akan memajukan kerja sama antara kedua bidang tersebut. Data yang digunakan terdiri dari publikasi akademis, makalah konferensi, dan teks wacana publik tentang bagaimana karya ilmiah dan kegiatan intelektual dapat menginformasikan dan menginspirasi tindakan melalui lensa nilai-nilai spiritual. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan referensi tentang konsep inkarnasi ke ranah ilmu lingkungan dan kesehatan masyarakat yang menekankan pada tanggung jawab moral dan sosial. Gagasan kenosis memupuk hubungan antara ilmu pengetahuan dan spiritualitas dan membantu membentuk pendekatan integratif. Argumen-argumen baru bermunculan yang mendukung integrasi spiritualitas ke dalam ilmu pengetahuan, menantang batas-batas yang sudah ada. Studi ini menawarkan praktik-praktik khusus bagi para akademisi yang mencakup membina kolaborasi lintas disiplin ilmu, berpartisipasi aktif dalam debat publik, dan mengintegrasikan etika spiritual ke dalam kerangka kerja pendidikan. Wacana ini memperluas diskusi akademis tentang hubungan antara teologi, filsafat, dan ilmu pengetahuan dengan mempertimbangkan pengaruh spiritualitas pada penyelidikan ilmiah.